Laman

Minggu, 30 Juni 2013

Inilah Akhir Dari Perjuanganku "Untuk Kalian"

"Perjuangan tak selalu berjalan sesuai dengan keinginan"

Kamis, 27 Juni 2013. 
Sebuah momen yang bisa aku sebut sebagai akhir perjuanganku untuk mereka. Mereka yang telah hadir membawa warna disetiap hari-hariku dalam menjalankan amanah yang telah diberikan kepadaku.

Kali ini aku dihadapkan pada sebuah rapat kenaikan kelas yang berbeda dari rapat kenaikan kelas sebelumnya. Keputusan yang harus aku ambil telah aku putuskan dengan matang. Di sini aku dituntut untuk memperjuangkan apa yang seharusnya aku perjuangkan untuk mereka. Dan membela apa yang seharusnya aku bela. Bahkan mengajukan sebuah protes yang aku anggap tidak sesuai dengan keinginanku.

Awalnya, suasana rapat berlangsung dengan santai. Canda tawa pun ikut mengiringi rapat di pagi itu. Aku yang tadinya sudah memiliki keputusan yang bulat yang tidak ingin aku ubah. Tiba-tiba berubah berbalik arah, setelah mendengar keputusan yang aku anggap tidak sesuai dengan kenyataan. Yaaa, aku sangat tau apa alasan mereka. Karena tak ada satu wali kelas pun yang menginginkan siswanya tidak naik kelas. 

Ada sebuah pembelaan yang dilakukan oleh rekan kerjaku kepada salah satu siswa di kelasku. Yang menurutku pembelaan yang dia lakukan tidak sesuai dengan kenyataan sehari-hari yang pernah dilakukan oleh siswa yang bersangkutan. Dia mengatasnamakan sebuah kekeluargaan. Aku pun bergumam dalam hati **Memang benar kita hidup harus menjunjung nilai-nilai kekeluargaan. Tetapi ada saatnya kita tak harus melihat unsur itu.  Jika memang harus dilihat dari hubungan tersebut, tentunya kita harus membela setiap orang yang bersalah, karena kita semua adalah keluarga dan kita adalah satu keturunan. Keturunan nabi Muhammad tentunya**. 

Hanya karena dihubungkan dengan unsur kekeluargaan. Aku langsung mengajukan izin bicara untuk melakukan sebuah penjelasan bahkan bisa dibilang sebuah aksi protes atas ketidaksetujuanku dengan keputusan yang dihubungkan dengan unsur kekeluargaan tersebut. Karena aku sangat sangat tidak setuju jika DIA (siswa) harus dibela hanya karena ada unsur keluarga. Jika harus dikaitkan dengan unsur kekeluargaan, aku tidak setuju. Karena apa yang menjadi pembelaan itu tidak sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh siswa tersebut **Alasan demi alasan pun telah aku uraikan**. Namun apa boleh dikata, alasanku pun tak dilihat dari segi kenyataan. Aku kembali terdiam. Dan dilanjutkan dengan kesempatan wali kelas lain untuk membela siswanya masing-masing.

Setelah mereka melakukan pembelaan. Aku kembali melakukan protes untuk kedua kalinya. Dengan berdiri aku mengajukan ketidaksetujuanku atas DIA yang dibela dan kembali melakukan pembelaan atas siswaku yang harus aku bela juga. Dengan protes yang sama, kembali aku ucapkan. Suasana yang panas dan emosiku juga semakin meningkat membuatku langsung mengajukan sebuah permintaan dengan sebuah statement yang aku ucapkan "Jika DIA diselamatkan, maka keempat anakku yang lain juga harus diselamatkan". Setelah statement itu aku ucapkan, namun ada dua nama anak yang tidak bisa mereka terima untuk diselamatkan. Dan aku pun mengalah untuk dua anak tersebut. Dan aku pun sadar bahwa kedua anak tersebut sudah tidak bisa ditoleransi lagi, dengan nada melemah aku ucapkan "Okee aku terima itu". Namun aku tetap tidak terima jika DIA tetap diselamatkan. Kembali dengan alasan demi alasan aku ucapkan namun tidak diterima. Meskipun tanpa disengaja air mata itu mengalir dengan sendirinya demi membela mereka yang harus aku bela. Karena mereka memiliki hak yang sama untuk aku bela. Dan akhirnya ada sebuah kata-kata yang terucap dari salah satu rekan kerjaku yang membela DIA (siswa) yang mungkin dianggap kasar oleh orang lain yang mendengarnya "Kamu itu emosinya masih tinggi, Kamu belum berkelurga, dan belum bisa merasakan bagaimana rasanya punya anak". Aku hanya tersenyum mendengar kata-kata itu. Karena bagiku, aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan, dan membela siapa yang harus aku bela sesuai dengan kenyataan yang ada.

"Maaf bagi kalian yang telah tersinggung, tak ada maksudku untuk menyinggung dengan kata-kata yang telah aku ucapkan. Karena aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Tidak Lebih."

"Untuk Kalian Anakku XI. Sos. 2, Maaf jika ibu tak bisa membela kalian sepenuhnya. Tapi inilah yang bisa ibu perjuangkan untuk kalian semua".

4 komentar:

  1. ^_^ semangat bu Guru... Kadang-kadang susuatu itu tidak berjalan dengan apa yang kita harapkan.. just do your best...

    BalasHapus
  2. makasih,,, ^_^

    yuph....
    bner kata mu ngga,,,

    BalasHapus
  3. Amazing....2 Jempol dah..begitulah warna warni dlm kehidupan apa lagi menjadi seorang pendidik, kadang tak sama apa yang kita harapkan..Semangat..!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat,,,!!!
      Makasih Pak Ikhwan,,, (y)

      Join this site,,,

      Hapus