Laman

Rabu, 29 Agustus 2012

See U Soon

Tak ada angin yang berhembus. Bulan dan bintang pun tak nampak malam ini. Hanya sunyi sepi yang mampu kurasakan. Di sebuah sudut rumah tempatku merenung, menerawang, dan memikirkan sesuatu yang tiba-tiba saja muncul di benakku. Entah apa yang sebenarnya kupikirkan. Banyak hal yang melintas dalam lamunanku, namun hanya satu yang membuat aku bertanya dalam hati "Kenapa kebersamaan ini begitu cepat berakhir?". Disaat aku mulai merasakan indahnya kebersamaan, disaat itu lah sepi mulai menghujam hari-hariku. Setiap kali aku bertanya, berkali-kali pula aku tersadar dari lamunanku. Hanya sekilas senyuman, jerit tangis dan canda tawa yang bisa aku tangkap dan tak ingin aku lepas. Semakin ku ingat hiruk pikuk di rumah ini, semakin berat untuk melepasnya dari lamunan panjangku.

Teeeng,,,!
Tiba-tiba suara pukulan di tiang listrik berbunyi. Suaranya yang nyaring menyadarkanku dari lamunan yang sedari tadi melayang jauh. Aku pun tersadar. Kulihat di sekeliling tak ada lagi orang beraktivitas. Hanya ada beberapa benda mati. Merekalah yang selalu memperhatikan gerak gerikku, tanpa bersuara sedikit pun. Andai mereka hidup, mungkin merekalah yang menjadi teman ceritaku saat ini.

Teeeng,,,! Teeeng,,,! Teeeng,,,!
Nyaringnya suara tiang listrik pun terdengar kembali. Ketika ku lihat jam  dinding yang menempel dengan kokohnya menunjukkan pukul 03.00 pagi. Tak kurasa malam kian larut. Suasana dingin mulai menusuk tulang. Tak ada alasan lain yang mampu mengalihkan pandangan mata selain bergegas tidur. Meskipun mata belum sepenuhnya mengeluh. Aku tetap menghentikan semua aktivitas. Merapikan semua yang telah aku pergunakan sedari tadi. Semua telah terselesaikan. Mata yang belum sepenuhnya mengeluh ini langsung mengarah pada suatu tempat. Tempat dimana aku bisa melanjutkan sebuah lamunan. Tempat dimana aku bisa mengistirahatkan raga dikala renggangnya aktivitas. Itulah kamarku. Kamar kami. Kamar milik bersama. Sebuah ruangan kecil nan sederhana. Namun selalu menghantarkan jerit tangis dan canda tawa kami. Kutatap ruangan ini satu per satu. Tetap saja ada yang kurang di dalamnya. Bahkan tak kulihat lagi lengkap isinya disetiap harinya. Hanya ada momen tertentu yang bisa mengembalikan suasana seperti biasa.

Kicauan burung dan kokok ayam saling bersahutan. Seolah saling beradu kemampuan. Memecah kesunyian sang fajar. Seolah tak ingin kalah dari burung dan ayam, sang mentari pun menerobos melalui celah celah ventilasi. Seakan memberi sebuah tantangan baru untuk hari-hari ku selanjutnya.

Hooaaam,,,!

Akhirnya aku pun mengalah dari silaunya cahaya sang mentari. Namun bukan berarti tak mau menerima tantangan hari.

        "Aku harus bangun, semangat pagi telah menjemputku, dan saatnya aku membentuk hari-hari ku".
Itulah ucapku dalam hati.

Sesaat aku melihat sekeliling rumah yang sepi. Aku hanya mampu bergumam dalam hati.
      "Kupandang pagi tanpa sambutan tawa kalian. Kuterima pagi dengan kesepian. Kulalui hari dengan penuh tantangan. Demi menciptakan kebersamaan".


Awalnya sulit untuk menerima sepi. Walaupun sulit harus aku lalui. Apalah arti sepi sesaat, jika ingin kembali merasakan arti kebersamaan. Dan kini saatnya kembali menjalani hari-hari  tanpa canda tawa kalian di dekat ku. Waktu yang akan berlalu cepat dan menghantarkan kita pada kebersamaan. Sampai bertemu kembali di momen yang kita nantikan.
_ _ _ _

See U Soon

_ _ _ _