Laman

Rabu, 08 Februari 2012

Pagaralam Kaya Akan Peninggalan Megalitikum

Berbicara mengenai sejarah, pandangan kita tidak akan pernah lepas dari pengertian peristiwa masa lalu. Menurut Romein (dalam Tamburaka, 1999:2), ia menyatakan bahwa sejarah merupakan peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Tetapi meskipun demikian, pengetahuan tentang sejarah ini sangatlah penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sejauh ini pelajaran sejarah selalu diidentikkan sebagai pelajaran yang sangat membosankan, pelajaran yang penuh hafalan serta pelajaran yang kurang diminati oleh siswa. Padahal pelajaran sejarah mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Dengan sejarah kita dapat mempertebal semangat kebangsaan, rasa cinta tanah air, mengetahui peristiwa-peristiwa masa lalu serta hasil-hasil kebudayaannya, selain itu dengan mempelajari sejarah akan membuat kita belajar untuk bijaksana.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang sering membicarakan masalah kebudayaan. Bahkan tidak ada seorang pun yang tidak pernah berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan. Setiap hari orang pasti melihat, mempergunakan bahkan kadang-kadang merusak kebudayaan itu sendiri.
Menurut E.B Tylor (dalam Soekanto, 2006:150) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain-lain, serta kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (dalam Soekanto, 2006:151) merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali. Tidak  mungkin keduanya itu dipisahkan. Ada manusia ada kebudayaan, tidak akan ada kebudayaan jika tidak ada pendukungnya, ialah manusia (Soekmono, 1981:9).
Kota Pagaralam merupakan salah satu daerah yang banyak menyimpan peninggalan megalithikum yang dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran dalam meningkatkan pemahaman siswa.
 Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos berarti batu. Menurut Soekmono (1981:72), peninggalan megalitikum adalah peninggalan kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar.
Tradisi pendirian bangunan-bangunan megalitikum selalu berdasarkan pada kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati terhadap kesejahteraan masyarakat serta kesuburan tanaman. Jasa dari seorang kerabat yang telah mati diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar. Bangunan ini kemudian menjadi medium penghormatan, tempat singgah dan sekaligus menjadi lambang orang yang sudah mati (Poesponegoro, 1993:205).
            Berdasarkan konsep Von Heine Geldern tentang penyebaran kebudayaan megalitik ke Indonesia terjadi dalam dua gelombang, yaitu :
1.        Megalitik Tua, yang diwakili oleh menhir, undak batu dan patung-patung simbolis monumental bersama-sama dengan pendukung kebudayaan beliung yang diperkirakan berusia 2500-1500 SM dan dimasukkannya dalam masa neolitik.
2.        Megalitik Muda, yang diwakili antara lain oleh peti kubur batu, dolmen, sarkofagus, yang berkembang dalam masa yang telah mengenal perunggu dan berusia sekitar awal milenium pertama sebelum Masehi hingga abad-abad pertama Masehi (Poesponegoro, 1993:223-224).
Bangunan megalitik tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Bentuknya pun bermacam-macam dan meskipun sebuah bentuk berdiri sendiri ataupun beberapa bentuk merupakan suatu kelompok. Maksud utama dari pendirian bangunan tersebut tak luput dari latar belakang pemujaan nenek moyang dan pengharapan kesejahteraan bagi yang masih hidup, serta kesempurnaan si mati (Poesponegoro, 1993:210-211).
Bangunan megalitik yang tersebar di Sumatera terdapat di bagian selatan pulau tersebut, yaitu di dataran tinggi Besemah. Daerah ini terletak di antara Bukit Barisan dan Pegunungan Gumai di lereng Gunung Dempo. Peninggalan megalitik di daerah ini pernah dilaporkan oleh Ullman (1850), Tombrink (1870), Engelhard (1891), Krom (1918), Westenenk (1922), dan Hoven (1927), yang hampir semuanya beranggapan bahwa bangunan-bangunan tersebut merupakan peninggalan Hindu. Baru setelah Van Eerde mengunjungi tempat tersebut pada tahun 1929, diperoleh pendapat yang berbeda dengan anggapan para ahli yang lain, ia menyatakan bahwa peninggalan di Besemah tidak dipengaruhi oleh budaya Hindu, dan masih termasuk dalam jangkauan masa prasejarah (Poesponegoro, 1993:211-212).
Peninggalan tradisi megalitik di daerah Besemah (Sumatera Selatan) merupakan peninggalan warisan budaya bangsa yang sangat penting artinya. Peninggalan batu besar Besemah muncul dalam bentuk yang begitu unik, langka dan mengandung kemegahan dan  keagungan serta terwujud dalam bentuk-bentuk yang sangat monumental. Pengertian unik dan langka disini diartikan bahwa megalit disini tampil dalam bentuk yang berbeda dengan megalit di tempat lain. Munculnya pahatan-pahatan Besemah ditandai dengan ciri-ciri kebebasan sang seniman disertai gaya gerak dan liku-liku pahatan yang nyata dan tampak hidup, sehingga wujud megalit begitu dinamis. Peninggalan tradisi megalitik Besemah merupakan suatu warisan nenek moyang yang tidak hanya diwariskan budaya material yang begitu menakjubkan. Dibalik itu semua tersimpan nilai-nilai yang menjadi tanda dan bukti otentik dari aktifitas yang dapat ditauladani, seperti yang pernah dikatakan oleh Prof. Dr. Haryati Subadio bahwa:
Keterampilan-keterampilan yang tampak dalam pembuatan benda peninggalan masa lampau selanjutnya dapat juga dilestarikan dalam upaya meningkatkan kemampuan mental masa kini, apabila dijadikan contoh untuk menumbuhkan kembali keterampilan yang bersangkutan lewat pendidikan khusus. Pembuatan benda-benda masa lampau beserta sekalian keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikannya, terutama disiplin dan upaya kerja keras yang dimasa kini sangat perlu kita tumbuh kembangkan kembali (Sukendar, 2003:2).
Pada masa  berkembangnya tradisi megalitik inilah muncul hasil-hasil budaya material dalam bentuk monumental yang bersifat sangat dinamis. Kerena sifat kedinamisannya itulah ada yang  menyebut bahwa megalitik Besemah sebagai Strongly dynamic agitated, Von Heine Geldern menyebut demikian berdasarkan bukti-bukti akan tampilnya arca-arca megalitik yang bersifat sangat dinamis dan menunjukkan perubahan-perubahan secara mendasar dari bentuk arca menhir yang bersifat statis ke arca-arca yang dipahatkan dengan anggota tubuh dan badan yang mengandung gerak bervariasi. Tampilnya bentuk-bentuk megalit yang bersifat monumental dengan ukuran yang besar-besar seperti dijumpai di daerah Besemah sebenarnya mencerminkan suatu keagungan yang luar biasa. Keagungan tersebut diwarnai oleh nilai-nilai yang terkandung dalam bangunan baik berupa susunan batu-batu besar sebagai teras berundak, dalam bentuk arca-arca megalitik yang berukuran raksasa, dalam kubur-kubur batu, susunan menhir yang besar-besar dan lain-lain (Sukendar, 2003:8).
 Menurut Sukendar (2003:35-37), peninggalan megalitikum di dataran tinggi Besemah terdiri dari bermacam-macam peninggalan, antara lain:
1.        Arca Megalitik
Yaitu pahatan dalam bentuk tokoh manusia atau binatang. Arca megalitik biasanya dipahatkan dengan anggota badan yang lengkap dari kepala sampai kaki. Arca ini ada yang dipahatkan berdiri sendiri tetapi ada juga yang digambarkan sedang mengapit binatang. Arca megalitik besemah tampil dalam bentuk yang sangat monumental dalam arti dipahatkan dalam ukuran besar. Arca megalitik biasanya merupakan personifikasi dari nenek moyang, yang dipergunakan dalam kaitannya dengan upacara atau pemujaan untuk usaha mendekatkan diri dengan arwah nenek moyang. Ciri-ciri umum yang tampil dalam arca ini adalah:
a.       Badan dan anggota badan digambarkan dalam bentuk tambun
b.      Bibir tebal, hidung pesek dan mata bulat
c.       Bagian kepala lebih ke depan dari bagian tubuhnya sehingga seakan-akan bungkuk
d.      Arca ada yang dipahatkan mengapit kerbau atau gajah
e.       Kadang pada bagian punggung terdapat nekara perunggu atau anak dan pada bagian pinggang terselib sebuah belati tipe Dongson (Sukendar, 2003:57-58).
Yuniarti (wawancara, tanggal 20 Juni 2010), mengatakan bahwa arca megalitik di Besemah terdiri dari bermacam-macam arca dengan bentuk yang beraneka ragam yang terdapat di beberapa situs, seperti:
a.       Arca manusia dililit ular
Arca ini terletak dilahan persawahan Desa Tanjung Aro Kecamatan Pagaralam Utara. Arca ini menyimpan sebuah legenda yang mengandung pesan moral, menurut cerita rakyat setempat di daerah ini merupakan daerah yang suci dan sakral, adat istiadat dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat sehingga siapa saja yang melanggar adat istiadat tersebut akan menanggung akibatnya. Arca ini disebut arca manusia dililit ular karena tokoh yang terdapat dalam arca ini melakukan pelanggaran yaitu perbuatan terlarang yang sangat bertentangan dengan norma adat. Jangankan manusia, ularpun sebagai binatang sangat murka sehingga ular itu melilit kedua tokoh dan akhirnya batu itu dinamakan arca manusia dililit ular.

Lokasi Tanjung Aro

b.      Batu Gajah
Batu Gajah yaitu sebongkah batu berbentuk bulat telur, berukuran panjang 2,17 m, yang dipahat pada seluruh permukaannya. Batu yang dipahat dalam wujud gajah yang sedang melahirkan seekor binatang yang berbentuk antara gajah dan babi rusa sedangkan pada kedua belah sisinya dipahatkan dua orang lelaki. Lelaki di sisi kiri berjongkok sambil memegang telinga gajah, kepalanya dipalingkan ke belakang dan bertopi. Perhiasan berbentuk gelang besar yang melingkar pada lehernya, begitu pula pada betis tampak tujuh buah gelang. Pada ikat pinggang yang lebar tampak pedang berhulu panjang sedangkan sebuah nekara tergantung pada bahunya. Pada sisi yang lain dipahatkan seorang lelaki yang tidak memakai pedang. Pada pergelangan tangan kanan terdapat gelang tebal dan pada betis tampak 10 buah gelang kaki (Poesponegoro, 1993:216-217).
Lokasi Belumai

c.       Batu Beghibu
Arca ini terletak di Desa Tegurwangi Lama di kecamatan Pagaralam utara. Menurut cerita masyarakat setempat daerah ini merupakan tempat yang suci dan sakral. Di lokasi ini sering diadakan upacara adat penguburan tokoh atau sesepuh masyarakat setempat yang meninggal. Mereka meletakkan sesajen di depan arca manusia, dolmen, dan menhir tersebut untuk meminta keselamatan bagi masyarakat maupun bagi mayat itu sendiri sebelum di masukkan ke dalam kubur. Upacara ini begitu sakral sehingga meraka yang menghadiri pun menggunakan pakaian dan perhiasan yang indah-indah sebagai rasa penghormatan kepada si mayat. Para kaum wanita memakai pakaian adat, mengenakan beghibu yaitu subang atau anting-anting yang bertahtakan intan berlian yang terkenal keindahannya sehingga arca manusia ini dinamakan Batu Beghibu.
Lokasi Tegurwangi

2.        Menhir
Yaitu batu tegak (batu berdiri) yang biasanya berkaitan dengan tujuan untuk pemujaan arwah. Benda tersebut dianggap sebagai medium penghormatan, menampung kedatangan roh dan sekaligus menjadi lambang dari orang-orang yang diperingati. Di Tegurwangi ditemukan menhir polos dengan tinggi maksimal 1,50 m di dekat dolmen, patung-patung dan peti kubur batu. Ada juga menhir yang lebih kecil setinggi 0,40 m yang ditemukan di Mingkik (Poesponegoro, 1993:213).

3.        Kubur Kamar Batu
Yaitu bangunan yang dibuat dari susunan batu, terdiri dari dinding, dasar dan penutup.
 Lokasi Tanjung Aro

Lokasi Tegurwangi

4.        Dolmen
Yaitu suatu bangunan yang terdiri dari sebuah batu besar yang disangga oleh batu lain yang lebih kecil yang dipergunakan sebagai penyangga. Pada awal kemunculan tradisi megalitik dolmen biasanya hanya digunakan sebagai sarana untuk upacara dalam kaitannya dengan pemujaan arwah. Meja batu tersebut hanya biasa dipergunakan untuk meletakkan saji-sajian selama upacara berlangsung.

5.        Peti Batu
Yaitu kubur yang terdiri dari susunan batu-batu papan dengan 4 buah batu papan sebagai dinding dan penutup serta batu papan sebagai dasar.  Menurut Van der Hoop (dalam Poesponegoro, 1993:214) Temuan peti kubur batu yang paling penting terdapat di Tegurwangi, di dalam peti kubur batu ini ditemukan benda-benda penting yang dapat dianggap sebagai bukti peninggalan dari pendukung tradisi peti kubur batu. Permukaan atas tutup peti kubur batu ini berada 25 cm di bawah permukaan tanah, dan tutup ini terdiri dari beberapa papan batu. Sela-sela antara batu-batu penutup dan antara penutup dengan peti tersebut diisi dengan batu-batu kecil. Di antara papan-papan batu penutup, yang paling besar berukuran panjang 2,5 m. Lantai peti yang agak melandai dengan arah timur-barat, terdiri dari tiga papan batu. Ukuran paling dalam peti adalah 2,35 x 1,37 m dengan tinggi 1,30 m. Sisa-sisa tulang tidak terdapat dalam peti yang penuh tanah dan pasir. Lapisan tanah setebal 20 cm dari alas peti berisi temuan-temuan seperti manik-manik merah berbentuk silindrik, sebuah manik berwarna hijau transparan berbentuk haksagonal tangkup, sebuah manik-manik berwarna kuning keabuan, dua buah manik-manik berwarna biru, sebuah paku emas berkepala bulat dan ujung tumpul, dan sebuah fragmen perunggu.

6.        Lumpang Batu
Yaitu sebuah batu yang biasanya mempunyai permukaan datar dan dipahatkan lubang (dengan satu atau lebih) dan biasanya berkaitan dengan menumbuk biji-bijian yang perlu dihaluskan atau dikupas. Lubang lumpang batu biasanya bulat rata-rata bergaris tengah antara 2-40 cm atau bahkan ada yang lebih dan dengan kedalaman yang hampir sama dengan garis tengahnya. Lumpang batu di daerah Besemah ini ada yang mempunyai lubang satu, dua, tiga dan empat. Dengan lubang-lubang yang berbeda jumlahnya ini, ada perkiraan bahwa lumpang batu biasanya berfungsi sebagai sarana untuk menumbuk biji-bijian. Selain sebagai sarana menumbuk biji-bijian, lumpang batu yang mempunyai empat lubang dikatakan sebagai sarana untuk mencari ternak yang hilang (Sukendar, 2003:156-157). 
 Lokasi Belumai

7.        Palung Batu
Yaitu sebuah pahatan batu yang terbuat dari monolit berbentuk seperti perahu dan diberi lubang memanjang. Palung batu ini digunakan sebagai tempat untuk menyimpan tulang-tulang mannusia yang sudah meninggal. Palung ini mengandung artian simbolis yaitu berfungsi sebagai suatu sarana dalam upacara-upacara yang bersifat ritual.

8.        Batu Bergores
Yaitu monolit yang pada bagian permukaan terdapat lubang-lubang besar dan kecil serta goresan-goresan yang berkaitan dengan tradisi megalitik.

9.        Teras Berundak
Yaitu sebuah bangunan yang terdiri dari teras-teras yang biasanya diperkuat dengan batu-batu kali besar dan kecil.

10.    Batu Datar
Yaitu sebuah monolit yang diletakkan di atas tanah dengan permuakaan rata yang biasanya berfungsi untuk upacara pemujaan.

11.    Batu Pahat
            Yaitu monolit yang pada bagian permukaan

Sumber : Karya Ilmiah Yessica Dwi Safitri (bagian skripsi ku)

4 komentar: