"Akhirnya dengan keyakinan hati dan langkah kaki yang tak pernah goyah telah berhasil menopang tubuh sampai ke Puncak Gunung Dempo"
Tanggal 19-20 April 2014. Sebuah moment yang paling istimewa. Sebuah kesempatan emas yang tak pernah diduga. Sebuah pengalaman yang berharga. Sebuah perjalanan yang tak akan pernah terlupa. Sebuah petualangan yang dicapai dengan melangkah. Melangkah sampai ke titik tertinggi Puncak Gunung Dempo (3.159 mdpl)
Hari itu Sabtu, 19 April 2014. Kami berkumpul di sebuah jalan baru di jalur 2. Di sana kami mulai menyiapkan barang serta logistik yang akan kami bawa sebagai bekal kami di puncak. Kami berangkat dengan beranggotakan 13 orang (4 orang cewek dan 9 orang cowok) mengendarai mobil menuju Rimau. Aku perkenalkan anggota tim kami. Aku sendiri (Yessica), Ella, Thuri, Yosi, Kak Ato, Rainaldi, Deni, Reza, Zami, Zendi, Awanda, Okto, dan Robby. Hampir diantara mereka semua sudah pernah melakukan pendakian ke puncak Gunung Dempo. Dan ini adalah pendakian perdana yang aku ikuti.
Sekitar pukul 16.00 Wib kami tiba di Rimau. Di sana kami kembali mempersiapkan apa-apa saja yang akan kami bawa. Dan melaporkan jumlah anggota kami kepada penjaga di Rimau. Di sana kami bertemu dengan 3 orang yaitu Double Fajar (nama fajar nya ada 2) dan Agus. Mereka bertiga pun akhirnya masuk dalam tim pendakian kami sore itu. Pukul 16.30 Wib, kami berkumpul di pintu Rimba Gunung Dempo, berdo'a dan kemudian bergerak.
Waaaaw amazing,,,
Inilah petualangan perdana yang benar-benar menahjubkan.
Inilah petualangan perdana yang benar-benar menahjubkan.
Titik awal pendakian kami adalah "Rimau" pintu Rimba Gunung Dempo. Dari sinilah semua dimulai dengan melangkah. Dengan keyakinan hati dan tekad yang kuat "Aku yakin Aku bisa, Aku yakin Aku mampu mendaki sampai titik tertinggi. Titik akhir puncak Gunung Dempo" itulah Do'a yang selalu terucap dalam setiap langkah kaki.
Langkah kaki pertama mulai menapaki jalur awal pendakian Gunung Dempo. Jalur masih datar, rasa lelah pun belum terasa. Hingga tak lama kemudian jalur pun mulai menanjak. Di sinilah ada rasa menyerah. Ada rasa tidak sanggup untuk melangkah. Terbesit dalam hati keinginan untuk mundur. Pikiran itu berkecamuk hebat dalam otak. Disatu sisi aku berfikir tidak sanggup. Tapi disisi lain inilah impianku "Mendaki Puncak Gunung Dempo". Bodoh jika aku menyerah !!! Namun semua itu mampu hilang dengan keyakinan hati dan tekad yang kuat. Serta semangat dari anggota tim pendakian malam itu. Dan aku sadari bahwa aku tidak sendiri. Aku bersama mereka.
Dari pintu Rimba menuju Shelter 1 sangat jauh dan medan sudah banyak yang menanjak. Matahari sudah tenggelam. Gelap pun sudah menjelma dan salah satu anggota tim kami mulai mengumandangkan azan. Hilangnya sinar mentari membuat dingin semakin terasa. Dan medan yang kami lalui pun mulai licin. Meskipun demikian kami harus tetap kompak. Disini kebersamaan sangat dijunjung tinggi. Tidak ada kata gengsi untuk mengatakan break. Karena kondisi tubuh yang fit merupakan syarat utama untuk melangkah. Setelah sekian lama melangkah, sampailah kami di Shelter 1. Brrrrrrrrrr,,,,, hawa dingin sudah sangat terasa. Disini kami berhenti kembali untuk istirahat sejenak. Mengumpulkan tenaga yang mulai terserap banyak.
Selanjutnya kami mulai melangkah lagi menuju tempat peristirahatan berikutnya. Hawa dingin, sedikit kabut, sedikit tetesan hujan, tanjakan yang semakin terjal dan licin tetap kami lalui. Untuk sampai ke Shelter 2. Jaraknya pun sangat jauh. Kami berjalan menanjak melewati jalur yang ekstrim. Bahkan lebih ekstrim dari jalur menuju Shelter 1 yang sudah kami lalui.
Di Shelter 2 ini kami kembali merebahkan tubuh mengumpulkan energi dan kemudian kami melanjutkan perjalanan kembali. Jari tangan yang mulai kaku dan hampir mati rasa karna kedinginan. Disini kami tidak berhenti terlalu lama. Karena ditakutkan bila berhenti terlalu lama malah terkena hipotermia. Karena ketinggian ini semakin dingin. Kami harus tetap bergerak agar suhu tubuh tetap stabil. Hanya cahaya lead lamp lah yang menjadi penerang kami menerobos gelapnya malam, jalur yang licin, terjal dan lembab itu. Yang dikelilingi oleh semak belukar, pohon-pohon besar dan akar-akar yang menggelantung di sekitar jalur pendakian. Shelter 2 adalah shelter terakhir pendakian untuk menuju pelataran. Untuk menuju pelataran ini tanjakan semakin terjal. Bahkan ada beberapa jalur yang harus mengandalkan sebuah tali dan akar-akar untuk sampai ke atas. Namun setelah jauh perjalanan langkah kami akhirnya tiba juga di sebuah jalur datar dan turunan yang akan menghantarkan kami sampai ke pelataran. Yaitu sebuah lapangan yang sangat luas. Yang terletak di tengah-tengah puncak Dempo dan Merapi.
Sekitar pukul 00.30 Wib, kami tiba di pelataran. Disinilah lokasi kami mendirikan tenda. Dan ternyata sudah banyak berdiri tenda pendaki lain yang telah tiba sebelumnya. Akhirnya jadilah anggota tim kami mendirikan tenda untuk tempat bermalam dan beristirahat. Serta tempat untuk memulihkan dan mengumpulkan tenaga. Karena esok paginya kami akan mendaki ke puncak merapi.
Keesokan harinya,,,
Hari Minggu, 20 April 2014. Sekitar pukul 04.00 - 05.00 Wib.
Sudah bangun dengan riuh suara para pendaki lain yang akan mulai mendaki Puncak Merapi. Bahkan beberapa anggota dari tim kami pun ada yang segera bergegas melakukan pendakian. Namun aku belum sanggup untuk mendaki. Karena hawa dingin yang menusuk sampai ketulang. Dan jujur saja subuh itu sebenarnya aku sangat malas bangun. Tapi karena tenda yang kami tempati sudah basah karena hembusan kabut dan embun pagi serta pakaian yang sudah basah sejak tiba di pelataran. Akhirnya mengharuskan kami untuk bangun dan bersiap untuk melanjutkan pendakian. Dan kulihat langit jingga kemerahan pertanda sang fajar telah tiba. Dan mentari pun akan segera terbit.
Pukul 06.30 Wib.
Mulai melangkah menjauhi tenda yang dihantam hembusan angin kencang dan sedikit kabut. Membuat dingin semakin ekstrim. Dari kejauhan tampak warna warni pakaian pendaki-pendaki lain yang melintas perlahan menuju puncak. Jalur yang kami lalui menuju puncak ini adalah jalur bebatuan. Yang dihiasi dengan pohon bunga Panjang Umur.
Pukul 07.30 Wib
Tibalah di puncak Merapi.
Subhanallah,,,
Walhamdulillah,,,
Wallaillahailallahuallahu Akbar,,,
Sungguh sempurna lukisan alam di hadapanku. Rasa syukur yang selalu aku panjatkan atas keberhasilanku mendaki Merapi untuk pertama kalinya. Ada rasa tahjub, ada rasa bangga, ada rasa tidak percaya bahwa aku sudah menapakkan kaki di puncak merapi. Setelah melalui perjuangan yang panjang. Akhirnya Puncak sudah di depan mata. Ini seperti terbangun dari sebuah mimpi. Rasa lelah itu seketika hilang. Ingin sekali aku menangis. Berteriak sekencang-kencangnya. Namun itu belum bisa aku lakukan.
Disini. Di Merapi. Tempat pertama aku bisa melihat secara nyata Hijaunya Kawah di Puncak Merapi. Dan sewaktu memandang ke sekitar, luar biasa. Langit sangat biru cerah saat itu. Gumpalan awan berlapis-lapis. Dan matahari yang rela membagi sinarnya. Tapi satu yang belum aku dapatkan disini "Negeri di Atas Awan".
Luar biasa Aku bisa berdiri di ketinggian 3.159 mdpl. Sungguh beruntung Aku mendapat kesempatan berdiri di Puncak ini. Suatu kebanggaan atas keberhasilan dari perjuangan panjang. perjuangan yang menguras tenaga sewaktu mendaki hingga sampai puncak.
Sekitar Pukul 09.00 Wib.
Setelah mengabadikan momen istimewa tersebut ke dalam kamera sebagai kenangan, kami bergegas turun. Sebenarnya aku belum puas di puncak. Masih ingin berlama-lama melihat pemandangan yang sangat indah tersebut. Namun waktu sudah tidak memungkinkan kami untuk berlama-lama lagi. Kami harus mengejar waktu untuk sampai kembali di Pintu Rimba. Karena keesokan harinya kami harus kembali ke aktivitas semula.
Setibanya kembali di tenda kami mulai packing untuk perjalanan pulang. Dan kami mulai menyiapkan tenaga dengan menu makan siang sederhana berupa mie instan. Setelah makan siang walau hanya dengan mie instan di sambung lagi dengan minum kopi. Pulihlah sudah tenaga. Kembalilah sudah kalori yang kami keluarkan. Langsung kami merapikan tempat kami menegakkan tenda, dengan memberihkan sampah-sampah yang berserakan.
Pukul 11.30 Wib.
Perlahan kami mulai menuruni Puncak Merapi yang tadi pagi telah kami gapai puncaknya. Bertegur sapa dan berpamitan pulang dengan pendaki-pendaki lainnya yang baru tiba ataupun yang masih menetap di pelataran. Seharusnya ini adalah bagian yang paling seru. Tapi tidak berlaku sepenuhnya bagiku. Ntah kenapa pada saat pulang kondisi badan tidak terlalu fit. Dalam perjalanan aku banyak istirahat. Bahkan sering tertinggal oleh anggota tim yang lain. Karena kedua kaki yang sudah beberapa kali tersandung oleh akar-akar di jalur yang sudah dilewati Tapi untungnya meskipun langkah kaki sudah tidak sanggup. Anggota tim yang lain masih setia menunggu.
Pukul 17.00 Wib.
Seluruh anggota tim sudah sampai di Pintu Rimba "Rimau". Ada yang sudah lama beristirahat menghilangkan lelah. Bahkan ada juga yang menunggu di mobil yang akan menghantarkan kami ke rumah. Tapi aku yang paling akhir tiba di Pintu Rimba. Dengan napas yang tersengal-sengal. Kaki yang sudah tidak sempurna lagi dalam menopang tubuh. Bahkan akupun tidak membawa apapun lagi alias hanya membawa diriku sendiri. Karena Ransel dan Sepatu yang sedari Shelter 1 sudah aku lepas. Sudah di bawa oleh beberapa anggota tim pendakian kami. **Terima Kasih yaaa untuk anggota tim yang sudah berbaik hati membawakan ransel n sepatu diakhir pendakian ini ^_^**
Alhamdulillah,,,
Satu Petualangan baru telah aku lakukan. Yaitu pendakian Puncak Gunung Dempo.
Akhirnya aku berhasil sampai kesini dan terima kasih Alhamdulillah aku ucapkan kepada Allah SWT yang telah mengizinkan aku menikmati salah satu alam yang sangat menahjubkan. Serta terima kasih juga kepada seluruh anggota tim pendakian yang sudah mau mengajak dan menemani dalam pendakian ini.
Semoga cerita ini bermanfaat dan menambah referensi bagi yang belum melakukan pendakian ke Puncak Gunung Dempo (3.159 mdpl)
Di Shelter 2 ini kami kembali merebahkan tubuh mengumpulkan energi dan kemudian kami melanjutkan perjalanan kembali. Jari tangan yang mulai kaku dan hampir mati rasa karna kedinginan. Disini kami tidak berhenti terlalu lama. Karena ditakutkan bila berhenti terlalu lama malah terkena hipotermia. Karena ketinggian ini semakin dingin. Kami harus tetap bergerak agar suhu tubuh tetap stabil. Hanya cahaya lead lamp lah yang menjadi penerang kami menerobos gelapnya malam, jalur yang licin, terjal dan lembab itu. Yang dikelilingi oleh semak belukar, pohon-pohon besar dan akar-akar yang menggelantung di sekitar jalur pendakian. Shelter 2 adalah shelter terakhir pendakian untuk menuju pelataran. Untuk menuju pelataran ini tanjakan semakin terjal. Bahkan ada beberapa jalur yang harus mengandalkan sebuah tali dan akar-akar untuk sampai ke atas. Namun setelah jauh perjalanan langkah kami akhirnya tiba juga di sebuah jalur datar dan turunan yang akan menghantarkan kami sampai ke pelataran. Yaitu sebuah lapangan yang sangat luas. Yang terletak di tengah-tengah puncak Dempo dan Merapi.
Sekitar pukul 00.30 Wib, kami tiba di pelataran. Disinilah lokasi kami mendirikan tenda. Dan ternyata sudah banyak berdiri tenda pendaki lain yang telah tiba sebelumnya. Akhirnya jadilah anggota tim kami mendirikan tenda untuk tempat bermalam dan beristirahat. Serta tempat untuk memulihkan dan mengumpulkan tenaga. Karena esok paginya kami akan mendaki ke puncak merapi.
Keesokan harinya,,,
Hari Minggu, 20 April 2014. Sekitar pukul 04.00 - 05.00 Wib.
Sudah bangun dengan riuh suara para pendaki lain yang akan mulai mendaki Puncak Merapi. Bahkan beberapa anggota dari tim kami pun ada yang segera bergegas melakukan pendakian. Namun aku belum sanggup untuk mendaki. Karena hawa dingin yang menusuk sampai ketulang. Dan jujur saja subuh itu sebenarnya aku sangat malas bangun. Tapi karena tenda yang kami tempati sudah basah karena hembusan kabut dan embun pagi serta pakaian yang sudah basah sejak tiba di pelataran. Akhirnya mengharuskan kami untuk bangun dan bersiap untuk melanjutkan pendakian. Dan kulihat langit jingga kemerahan pertanda sang fajar telah tiba. Dan mentari pun akan segera terbit.
Pukul 06.30 Wib.
Mulai melangkah menjauhi tenda yang dihantam hembusan angin kencang dan sedikit kabut. Membuat dingin semakin ekstrim. Dari kejauhan tampak warna warni pakaian pendaki-pendaki lain yang melintas perlahan menuju puncak. Jalur yang kami lalui menuju puncak ini adalah jalur bebatuan. Yang dihiasi dengan pohon bunga Panjang Umur.
Pukul 07.30 Wib
Tibalah di puncak Merapi.
Subhanallah,,,
Walhamdulillah,,,
Wallaillahailallahuallahu Akbar,,,
Sungguh sempurna lukisan alam di hadapanku. Rasa syukur yang selalu aku panjatkan atas keberhasilanku mendaki Merapi untuk pertama kalinya. Ada rasa tahjub, ada rasa bangga, ada rasa tidak percaya bahwa aku sudah menapakkan kaki di puncak merapi. Setelah melalui perjuangan yang panjang. Akhirnya Puncak sudah di depan mata. Ini seperti terbangun dari sebuah mimpi. Rasa lelah itu seketika hilang. Ingin sekali aku menangis. Berteriak sekencang-kencangnya. Namun itu belum bisa aku lakukan.
Disini. Di Merapi. Tempat pertama aku bisa melihat secara nyata Hijaunya Kawah di Puncak Merapi. Dan sewaktu memandang ke sekitar, luar biasa. Langit sangat biru cerah saat itu. Gumpalan awan berlapis-lapis. Dan matahari yang rela membagi sinarnya. Tapi satu yang belum aku dapatkan disini "Negeri di Atas Awan".
Luar biasa Aku bisa berdiri di ketinggian 3.159 mdpl. Sungguh beruntung Aku mendapat kesempatan berdiri di Puncak ini. Suatu kebanggaan atas keberhasilan dari perjuangan panjang. perjuangan yang menguras tenaga sewaktu mendaki hingga sampai puncak.
Setelah mengabadikan momen istimewa tersebut ke dalam kamera sebagai kenangan, kami bergegas turun. Sebenarnya aku belum puas di puncak. Masih ingin berlama-lama melihat pemandangan yang sangat indah tersebut. Namun waktu sudah tidak memungkinkan kami untuk berlama-lama lagi. Kami harus mengejar waktu untuk sampai kembali di Pintu Rimba. Karena keesokan harinya kami harus kembali ke aktivitas semula.
Setibanya kembali di tenda kami mulai packing untuk perjalanan pulang. Dan kami mulai menyiapkan tenaga dengan menu makan siang sederhana berupa mie instan. Setelah makan siang walau hanya dengan mie instan di sambung lagi dengan minum kopi. Pulihlah sudah tenaga. Kembalilah sudah kalori yang kami keluarkan. Langsung kami merapikan tempat kami menegakkan tenda, dengan memberihkan sampah-sampah yang berserakan.
Pukul 11.30 Wib.
Perlahan kami mulai menuruni Puncak Merapi yang tadi pagi telah kami gapai puncaknya. Bertegur sapa dan berpamitan pulang dengan pendaki-pendaki lainnya yang baru tiba ataupun yang masih menetap di pelataran. Seharusnya ini adalah bagian yang paling seru. Tapi tidak berlaku sepenuhnya bagiku. Ntah kenapa pada saat pulang kondisi badan tidak terlalu fit. Dalam perjalanan aku banyak istirahat. Bahkan sering tertinggal oleh anggota tim yang lain. Karena kedua kaki yang sudah beberapa kali tersandung oleh akar-akar di jalur yang sudah dilewati Tapi untungnya meskipun langkah kaki sudah tidak sanggup. Anggota tim yang lain masih setia menunggu.
Pukul 17.00 Wib.
Seluruh anggota tim sudah sampai di Pintu Rimba "Rimau". Ada yang sudah lama beristirahat menghilangkan lelah. Bahkan ada juga yang menunggu di mobil yang akan menghantarkan kami ke rumah. Tapi aku yang paling akhir tiba di Pintu Rimba. Dengan napas yang tersengal-sengal. Kaki yang sudah tidak sempurna lagi dalam menopang tubuh. Bahkan akupun tidak membawa apapun lagi alias hanya membawa diriku sendiri. Karena Ransel dan Sepatu yang sedari Shelter 1 sudah aku lepas. Sudah di bawa oleh beberapa anggota tim pendakian kami. **Terima Kasih yaaa untuk anggota tim yang sudah berbaik hati membawakan ransel n sepatu diakhir pendakian ini ^_^**
Alhamdulillah,,,
Satu Petualangan baru telah aku lakukan. Yaitu pendakian Puncak Gunung Dempo.
Akhirnya aku berhasil sampai kesini dan terima kasih Alhamdulillah aku ucapkan kepada Allah SWT yang telah mengizinkan aku menikmati salah satu alam yang sangat menahjubkan. Serta terima kasih juga kepada seluruh anggota tim pendakian yang sudah mau mengajak dan menemani dalam pendakian ini.
Semoga cerita ini bermanfaat dan menambah referensi bagi yang belum melakukan pendakian ke Puncak Gunung Dempo (3.159 mdpl)
----+-
BalasHapusTerima kasih sudah bersedia to membaca,,,
Hapus