Tentunya kita sering mendengar dan menyanyikan lagu wajib nasional "Dari Sabang Sampai Merauke" atau mungkin lagu wajib nasional lainnya pada saat kita upacara bendera, sebuah lagu yang diciptakan oleh R. Suharjo yang liriknya pun dengan mudah kita lafalkan seperti di bawah ini:
Dari sabang sampai merauke
Menjajah pulau-pulau
Sambung menyambung menjadi satu
Itulah Indonesia
Indonesia tanah airku
Aku berjanji padamu
Menjunjung tanah airku
Tanah airku Indonesia
Dari lirik lagu yang tak asing lagi di telinga mungkin secara tidak langsung kita dapat menyimpulkan lagu tersebut bahwa Indonesia adalah salah satu negara di belahan timur bumi yang kaya, baik dalam hal kekayaan sumber daya alam maupun kekayaan sumber daya sosialnya. Hal ini merupakan suatu kenyataan yang tidak bisa ditolak bahwa negara Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu gugus kepulauan baik pulau besar maupun pulau kecil. Beraneka ragam kekayaan alam serta keunikan kebudayaan menjadikan masyarakat Indonesia yang hidup di berbagai kepulauan tersebut mempunyai ciri dan coraknya masing-masing. hal tersebutlah yang mengakibatkan adanya perbedaan latar belakang, kebudayaan, corak kehidupan, dan termasuk juga pemikiran masyarakatnya. Sehingga secara sederhana kondisi masyarakat seperti inilah yang dinamakan masyarakat multikultural atau masyarakat yang beraneka ragam.
Keanekaragaman inilah yang merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat di masa silam, masa kini dan di masa yang akan datang. Namun satu hal yang membanggakan bahwa meskipun tingkat keanekaragaman bangsa Indonesia tergolong tinggi, tetapi tetap kokoh sebagai satu kesatuan yaitu dalam wadah NKRI. Hal ini didasarkan pada hasil kesepakatan bersama yang diucapkan dalam Sumpah Pemuda dan ide atau cita-cita yang terdapat dalam lambang negara Burung Garuda yang dilengkapi dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika serta ideologi yang sama yaitu Pancasila yang terdiri dari lima sila yaitu:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Kelima sila tersebutlah yang harus kita jadikan pandangan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Di era globalisasi dan modernisasi seperti sekarang ini banyak unsur-unsur budaya luar yang telah dengan mudah masuk ke Indonesia. Seperti halnya ilmu pengetahuan, cara berfikir yang kritis, sistematis serta logis rasional dan menghargai waktu. Semua itu merupakan hal positif yang bisa diambil manfaatnya. Namun perlu disadari bahwa budaya yang datang dari luar tidak semuanya bersifat positif, bahkan sebaliknya ada yang bersifat negatif yang datang bersama teknologi dan alat komunikasi yang mampu mempengaruhi pola hidup kaum remaja pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Kenyataan yang kita hadapi sekarang adalah adanya pengaruh yang kuat dari berbagai pandangan hidup, terutama di negara-negara yang telah menikmati kemajuan di bidang ekonomi, sosial dan teknologi yang lebih awal. Selain itu juga terdapatnya jutaan orang, anak-anak, bahkan remaja sampai dewasa pun yang kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa yang besar dan kaya akan unsur budaya. Banyaknya nilai dan norma yang telah memudar dan hampir semuanya hilang dari jati diri mereka. Seperti dekadensi moral yang telah merajalela di dalam diri dimana nilai-nilai kemanusiaan, kasih sayang, serta rasa kebersamaan telah melemah dan mulai terkikis. Hal seperti inilah yang akan melahirkan manusia-manusia yang suka merampas hak orang lain, yang bersikap individualis dan tidak memperdulikan nasib sesamanya. Padahal meskipun dengan semakin derasnya arus globalisasi di dunia atau dengan kata lain mau tidak mau kepribadian bangsa akan terpengaruh dan mungkin bisa dikatakan tercemar jika kita tidak mempunyai pandangan yang selaras dengan ideologi bangsa.
Sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai ideologi yang telah melekat dan mendarah daging di dalam jiwa harus selalu waspada dan cermat dalam menyikapi perkembangan budaya luar dengan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur bangsa serta mempersiapkan diri untuk menerima budaya asing yang akan datang berdasarkan Pancasila. Karena Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia. Pancasila juga merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia dimana terdapat konsep dasar kehidupan bernegara yang baik. Di dalamnya juga terangkum nilai-nilai dan norma-norma yang harus dianut dan diyakini kebenarannya serta sudah mengakar dalam masyarakat. Pancasila pun dipakai sebagai filter bagi bangsa indonesia dalam menghadapi pengaruh yang ditimbulkan oleh globalisasi. Tentunya kita harus bersikap bijaksana dan mau membuka diri terhadap globalisasi dan kemajuan IPTEK. Inilah tantangan global yang akan menguji kemampuan bangsa kita. Apakah kita dapat menghadapi dan menyerap hal-hal yang positif dari dari globalisasi dan multikultural, atau malah sebaliknya, akan tenggelam dan masuk dalam pola hidup yang tidak selaras dengan Pancasila. Karena Pancasila adalah "Jati Diri Anak Bangsa".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar